PROSES PEMBELAJARAN DAN PENCAPAIAN PRESTASI BELAJAR
- Kaitan Antara Bidang Studi Bahasa Arab dengan Qur'an Hadits
Sudah sejak beberapa abad yang lalu, didaerah kepulauan seperti
Karel A. Steenbrink (1986 : 176-177), menunjukan beberapa alas an yang dikemukakan tentang pentingnya Bahasa Arab di luar Motif agama, Yaitu :
1. Bahasa Arab Kaya sekali dalam kosa kata dan struktur bahasanya, sehingga bahasa ini cocok/sesuai sebagai alat untuk mengekspresikan pikiran dan emosi, serta sebagai alat untuk mengajarkan bermacam-macam ilmu pengetahuan
2. Bahasa Arab mempunyai kepustakaan besar disemua bidang ilmu pengetahuan. Orang sangat senang mengatakan bahwa ilmu pengetahuan filsafat dan matematika, Yunani sampai ke barat melalui terjemahan dan tafsiran orang-orang Arab
3. Bahasa Arab adalah bahasa, dengan nama semua ilmu pengetahuan modern dan kesusastraan modern dapat dikemukakan, baik dalam bahasa asli maupun terjemahan
4. Bahasa Arab adalah bahasa dari kelompok terbesar dunia ketiga. Untuk mempersatukan kekuatan dunia ketiga, bahasa ini patut diperhitungkan di
5. Bahasa Indonesia mempunyai banyak perkataan yang berasal dari Bahasa Arab. Maka untuk studi yang benar Bahasa Indonesia, sangat diperlukan bahasa Arab sebagaimana juga ia harus dimengerti.
Pendapat di atas didukung oleh satu brosur yang diterbitkan oleh pesantren Gontor, yang menyatakan :
Suatu Fakta yang tidak dapat dibantah, Bahasa Al-Qur'an atau Bahasa Arab, menurut pandangan seorang muslim, merupakan bahasa yang terpenting didunia. Bahasa Arab sangat diperlukan untuk memahami Islam. Bahas Arab adalah juga bahasa yang dipakai jutaan orang dan bahasa resmi di PBB. Bahasa Arab sangat berpengaruh terhadap bahasa lain. Karena ia merupakan satu-satunya medium dari salah satu kebudayaan tinggi didunia. Ia merupakan bahasa yang masih hidup pada abad ke-20 dandapat menjadi medium untuk kebudayaan dunia (Karel A. Steenbrink, 1986 : 180).
Dari pendapat diatas, dapat dipahami bahwa bahasa Arab mempunyai kaitan yang sangt erat, karena Bahasa Arab dapat diperlukan untuk memahami Islam. Sedangklan bdasar hokum Islam adalah Al-Qur'an dan Hadits, keduanya menggunakan Bahasa Arab. Hal ini didukung oleh pendapat Syaluttt yang dikutif oleh Ismail Muhammad Syah, dkk (1992 : 24), Bahwa "Al-Qur'an secara bterminologi adalah lafadz arrobi yang diturunkan kepada nabi Muhammad saw. Dinukilkan kepada kita secara mutawatir".
Dari pernyataan diaas, dapat disimpulkan bahwa Al-Qur'an itu adalah berbahasa Arab, Yang mengandung arti bahwa Al-Qur'an yang dialihbahasakan kepada bahasa lain atau yang diibaratkan dengan bahasa asing bukanlah Al-Qur'an karenanya shalat yang dilakukan dengan terjemahan bahasa selain Arab tidaklah sah.
Pernyataan ini didukung olah pendapat Tahar Yusuf dan Syaiful Anwar (1997 : 188) yang menyatakan bahwa :
Bahasa Arab dan Al-Qur'an bagaikan dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya. Mempelajari bahasa Arab adalah syarat ahjib untuk menguasai Al-Qur'an dan mempelajari bahasa Al-Qur'an berarti mempelajari bahasa Arab. Dengan demikian peranan bahasa Arab disamping sebagai alat komunikasi manusia sesamenya juga komunikasi manusia beriman kepada Allah, yang terwujud dalam bentuk shalat, do'a-do'a dan sebagainya.
Dari pendapat diatas, dapat dijelaskan bahwa antara bahasa Arab dan Al-Qur'an tidak dapat dipisah-pisahkankan antara satu dengan yang lainnya. Karena dengan mempelajari Bahasa Arab berarti dapat menguasai isi Al-Qur'an dan sebaliknya mempelajari Al-Qur'an berarti mempealajri Bahasa Arab. Hal ini sesuai dengan tujuan umum dalam mempelajari Bahasa Arab, yaitu :
1. Agar siswa dapat memahami Al-Qur'an dan Ql-Hadits sebagai sumber hokum Islam dan ajaran
2. Dapat memahami dan mengerti buku-buku agama dan kebudayaan Islam yang ditulis dalam bahasa Arab
3. supaya pandai berbicara dan mengarang dalam bahasa Arab
4. Untuk digunakan sebagai alat Pemantu keahlian lain
5. Untuk menjadi ahli bahasa, yakni benar-benar professional (Tahar Yusuf dan Syaiful Anwar, 1997 : 189-190)
Pendapat diatas juga didukung oleh D.Hidayat (1994 :v), yang menyatakan bahwa tujuan dari pengajaran Bahasa Arab di Madrasah Tsanawiyah adalah :
Agar siswa menguasai secara aktif dan pasif perbendaharaan kata Arab (mufradat baru) dalam berbagai bentuk kata dan pola kalimat yang diprogramkan sehingga dapat digunakan sebagai alat komunikasi dan sebagai dasar memahami buku-buku agama Islam yang berbahasa Arab disamping Al-Qur'an –Al-Hadits.
Dari dua pendapat diatas, jelaslah bahwa dalam hal ini telah disepakati bahwa untuk memahami kandungan Al-Qur'an dubutuhkan pengetahuan bahasa Arab. Untuk memahami arti suatu kata dalam rangkaian redaksi suatu ayat, seorang terlebih dahulu harus meneliti apa saja pengertian yang dikandung oleh kata-kata tersebut. Kemudian menetapkan srti yang paling tepat setelah memeprhatikan segala aspek yang berhubungan dengan ayat tadi.
Hal ini, seperti diconhkan oleh M.Quraish Shihab (1994 :82) yang menjelaskan bahwa :"kata alaq dalam wahyu pertama "Dia (Tuhan) menciptakan manusia dari alaq", mempunyai banyak arti, antara lain : segumpal darah, sejenis cacing (lintah), sesuatu yang berdempetan dan bergantung, kebergantungan, dan sebagainya".
Dari contoh diatas, jelaslah bahwa untuk memahami kata alaq diatas, seseorang memerlukan pengetahuan bahasa Arab yang baik, karena untuk menafsirkan kata tersebut, apabila tidak sesuai dengan susunan katanya, maka artinya akan rancu dan menimbulkan pengertian yang tidak sesuai dengan makna ayat tersebut.
Disinilah keterkaitan antara pengajaran Bahasa Arab dengan pengajaran Qur'an Hadits. Karena dengan memahami Bahasa Arab dengan baik, maka diharapkan pengetahuan tentang Qur'an Hadits pun akan baik. Hal ini sesuai dengan teori tentang transferbelajar yang dikemukakan oleh M. Ngalim Purwanto (1994 : 108), yang menyatakan bahwa : "Transfer belajar akan terjadi apabila ada persamaan sifat antara yang lama dengan yang baru".
Transfer belajar itu ada yang bersifat positif dan ada yang negative dalam hal ini, M.Ngalim Purwanto (1994 : 108-109), berpendapat :
Tranfer belajar disebut positif jika pengalaman-pengalaman atau kecakapan-kecakapan yang telah dipelajari situasi yang baru. Atau dengan kata lain, respon yang lama apat memudahkan untuk menerima stimulus yang baru disbut transfer negative jika pengalaman atau kecakapan yang lama mnghambat untuk menerima pelajaran/kcakapan yang baru.
Dari pendapat diatas, dapat diterapkan dalam materi pengajaran bahasa Arab kepada pengajaran Qur'an hadits. Dimana kedua mata pelahjaran tersebut mempunyai kesamaan dalam hal bahasa, yaitu bahasa Arab.
Pengajaran bahasa Arab mengajarkan tentang bacaan, kosa kata, pola kalimat dalam bahasa Arab. Sedangkan pelajaran Al-Qur'an Hadits mengajarkan tentang materi-materi yang diambil dari ayat-ayat Al-Qur'an dan hadits yang ditulis dalam Bahasa Arab.
Dengan adanya unsure yang sama tersebut, maka diharapkan
- Komponen-komponen dalam proses belajar mengajar
Proses belajar mengajar merupakan suatu bentuk kegiatan interaktif-edukatif antara guru yang melakukan kegiatan mengajar dengan siswa yang melakukan kegiatan belajar, karena proses belajar mengjar merupakan suatu system, sudah barang tentu memilki komponen-komponenyang ketergantungan antara yang satu dengan yang lainnya. Untuk mengetahui lebih rinci tentang komponen-komponen dalam proses belajar mengajar, dibawah ini pebulis terangkan sebgai berikut :
1. Guru
Guru mempunyai peranan penting dalam memperlancar proses belajar mengajar. Hal ini dikarenakan, mengajar meruopakan tugas yang dilakukan untuk kepentingan siswa yang belajar.
Guru disebut juga dengan pendidik. Menurut Ahmad Tafsir (1992:74-75), Pendidik adalah "Orang-orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan seluruh potensi anak didik, baik potensi efektif, potensi kognitif maupun potensi psikomotor".
Muhaimin dan Abdul Mujib (1993 : 167-168) mengartikan pendidik adalah :
Orang dewasa yang brtnggung jawab memberi pertolongen pada anak didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya, agar mencapai tingkat kedewasaan, maupun berdiri sendiri memenuhi tugasnya sebagai hamba dan khalifah Allah SWT, dan mampu sebagai Makhluk social, dan sebagai makhluk individu yang mandiri.
Dari dua pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa guru (pendidik) adalah orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan seluruh potensi peserta didik, baik potensi efektif, potensi kognitif, maupun potensi psikomotor agar mencapai tingkat kedewasaan, maupun berdiri sendiri dalam memenuhi tugasnya sebagai hamba dan khalifah Allah SWT. Dan mampu sebagai makhluk social, dan sebagai makhluk individu yang mandiri.
Guru merupakan pendidik bagi siswa sebagai peserta didik, tidak lah berlebihan ketika seorang guru dituntut untuk memilki kepribadian yang baik. Keterangan ini, sesuai dengan pendapat Zakiah Darajat (1985 : 19), bahwa "factor terpenting bagi guru adalah kepribadiannya".
Adapaun sifat-sifat yang dapt digolongkan ke dalam moral atau budi yang luhur, yang perlu imiliki guru adalah sebagai berikut :
a. Bersikap tangkas dan antusias
b. Bersikap gembira, mempunyai rasa humor
c. Optimis
d. Mempunyai pandangan ke muka dan luas
e. Mempunyai perhatian penuh kepada murid
f. Mempunyai perhatian terhadap kegiatan-kegiatan kelas
g. Bertabiat jujur dan sabar
h. Berlaku ramah terhadap murid
i. Suka membantu persoalan-persoalan murid
j. Bersikap disiplin
k. Selalu rapih
l. Kerjanya teliti
(M. Hafi Anshari, 1983 : 77-78)
2. Siswa
Dalam Dunia Pendidikan, kata siswa bias disamakan dengan peserta didik. Menurut undang-undang nomor 2 tahun 1989 tentang sisitem Pendidikan Nasional, pasal 1 ayat 6 dijelaskan, peserta didik adalah "anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan dirinya melalui proses pendidikan pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu" (UUSPN, 1989 : 3).
Hadari nawawi (1995 : 127-128) berpendapat bahwa siswa dirtikan sebagai murid, yaitu "anak-anak yang sedang tumbuh dan berkembang baik secara fisik maupun psikologis dalam rangka mencapai tujuan pendidikannya melelui lembaga pendidikan formal, khususnya berupa sekolah".
Dari dua pendapat diats, dapat disimpulkan bahwa siswa adalah anggota masyarakat yang sedang tumbuh dan berkembang baik secara fisik maupun psikologis yang berusaha mengembangkan dirinya melelui proses pendidikan pada jalur, jenjang danjenis pendidikan tertentu.
Dalam proses belajar mengajar, seorang pendidik harus sedapat mungkin memahamihakikat peserta didiknya sebagai objek pendidikan. Kesalahan dan pemahaman hakikat peserta didik menjadikan kegagalan total.
Menurut Muhaimin dan abdul Mujib (1993: 177-181) ada beberapa hal yang harus dipahami dalam masalah peserta didik, yaitu :
a. Anak didik bukan miniature orang dewasa, ia mempunyai dunia sendiri sehingga metode belajar mengajar tidak boleh disamakan dengan orang dewasa.
b. Anaka didik mengikuti periode-perioode perkembangan tertentu dan mempunyai pola perkembangan serta tempo dan iramanya. Implikasi dalam pendidikan adalah bagaimana proses pendidikan ini dapat disesuaikan dengan pola dan tempo, serta irama perkembangan anak didik.
c. Anak didik memilki kebutuhan dan menuntut untuk memenuhi kebutuhan itu semaksimal mungkin.
d. Anak didik meilki perbedaan antara individu dengan individu yalain, baik perbedaan yang disebabkab dari factor fitrah meupun lingkungan yang meliputi segi jasmani, intelegensi, social, bakat, minat dan lingkungan yang mempengaruhinya.
e. Anak didik dipandang sebagai kesatuan system manusia
f. Anaka didik merupakan objek pendidikan yang aktif dan kreatif serta produktif, sehingga dalam pendidikan tidak memandang anak sebagai objek pasif yang biasanya hanya menerima dan mendengarkan saja.
3. Tujuan Pendidkan
Setiap tindakan dan aktivitas harus berorientasi pada tujuan atau rencana yang telah ditetapkan. Hal ini karena berorientasi pada tujuan oitu, dapat diketahui bahwa tujuan dapat berfungsi sebagai standar untuk mengakhiri usaha, serta mengarahkan usaha yang dilalui dan merupakan tiotik pangkal untuk mencapai tujuan-tujuan lain. Disamping itu, tujuan dapat membatasi ruang gerak agar kegiatan dapat tertfokus pada apa yang dicita-citakan dan yang terpenting lagi dapat memberi penilaian pada usaha-usahanya.
Tujuan pendidkan dan pengajaran pada umumnya mencakup empat tujuan, yaitu :
a. Tujuan Pendidikan nasional
Tujuan pendidikan nasional merupakan gambaran yang diharapkan dapat dicapai oleh seluruh bangsa
Tjuan pendidikan nasional ini terdapat dalam rumusan Ketetapan MPR RI Nomor II tahun 1998 tentang garis-garis Besar Halua Negara (GBHN), yaitu :
Pendidikan Nasional yang berakar pada kebudayaan bengsa Indonesia, Berdasarkan Pancasila dan Undang-undang 1945 diarahkan untuk meningkatkan kecerdasan kehidupan bangsa dan kualitas sumber daya manusia. Mengembangkan manusioa serta masyarakat Indonesoia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, Berakhlak mulia, berbudi pekerti memiliki pengetahuan, keahlian dan keterampilan, kesehatana jasmani dan rohani, serta kepribadioan yang mantap dan mandiri.
b. Tujuan institusional
Tujuan pedidikan institusional ialah "tujuan pendidikan secara formal yang dirumuskan oleh lembaga-lembaga pendidikan pendidikan (Abu Ahmadi, 1986 : 44).
Tujuan institusional tersebut merupakan kualifikasi umum yang diharapkan telah dimilki sisw yang telah menyelesaikan pendidikan.
Baerkaitan dengan penelitian di Madrasah Tsanawiyah, maka berdasarkan Keputusan Menteri Agama Nomor 74 tahun 1976 tentang Kurikulum Madrasah Tsanawiyah bab II tentang dasar dan tujuan pendidikan, dijelaskan bahwa tujuan institusional umu Madrasah Tsanawiyah adalah agar siswa :
1) Menjadi seorang muslim yang bertaqwa dan berakhlak mulia, menghayati dan mengamalkan ajaran agamanya (Islam).
2) Menjadi warga Negara yang baik dan bertanggung jawab terhadap kesejahteraan masyarakat.
3) Menjadi manusia yang berkepribadian Bulan dan utuh, percaya kepada diri sendiri, sehat jasmani dan rohani
4) Memilki pengetahuan, pengalaman dan keterampilan yang lebih luas serta sikap yang diperlukan untuk melanjutkan pelajaran ke Madrasah Aliyah atau ke sekolah Lanjutan Atas lainnya, atau untuk dapat bekerja dalam masyarakat sambil mengembangkan diri guna mencapai kebahagian dunia akherat.
5) Memiliki ilmu pengetahuan agama dan umu yang luas, serta pengalaman, keterampilan dn kemampuan yang diperlukan untuk melanjutkan pelajaranke Madrasah Aliyah atau sekolah lanutan Atas lainnya.
6) Memilki kemampuan untuk melaksanakan tugas hidupnya dalam masyarakat dan berbakti kepada Tuhan Yang Maha Esa guna mencapai kebahagian dunia dan Akhirat.
c. Tujuan Kurikuler
Menurut Sudirman N, dkk (1987 : 17) Tujuan kulikuler adalah "tujuan yang diemban dan dicapai oleh setiap bidang studi pada lembaga pendidikan tertentu". Tujuan kurikuler ini dirumuskan secara formal pada kegiatam kurikuler yang ada pada lembaga-lembaga pendidikan. Tujuan kurikuler sifatnya lebihkhusu jikadibandingkan dengan tujuan intusional, tetapi tidak boleh menyimpang dari tujuan intusional, sepertti : dalam kurikulum disekolah-sekolah ada mata pelajaran Qur'an Hadit, tetapi unuk MI mempunyai tujuan sendiri dan seterusnya
d. Tujuan pembelajaran (Intrksional)
Tujuan pembelajaran (Intruksional) adalah "Tujuan yang hendak dicapai setelah selesai program pengajaran" (Abu Ahmadi, 1986 : 45)
Tujuan ii merupakan penjabaran dari tujuan kurikuler yang telah dirumuskan dalam Garis-garis Besar Program pengajaran (GBPP)yang akan dicapai setelah program dalam proses belajar mengajar.
4. Kurikulum
Menurut Harold B. Alberty dan Elsei J. Alberty yang dikutif Zuhairini, dkk. (1983 : 58), Kurikulum adalah "semua aktivtas/kegiatan yang dilakukan siswa sesuai dngan peraturan-peraturan sekolah".
H.M. arifin(1994 : 85) mengartikan kurikulum adalah " segala mata pelajaran yang dipelajari dan juga semua pengalaman yang harus diperoleh setta semua kegiatan yang harus dilakkan anak".
Berdasarkan kedua pendapat diatas, jelaslah bahwa kurikulum adalah semua pengetahuan, kegiatan-kegiatan atau pengalaman-pengalaman belajar anak yang diatur dengan sistematik dan metodik, yang diterima anak untuk mencapai tujuan.
Keberadaan kurikulum disesuaikan dengan tujuan pengajaran bidang studi yang diberikan, tingkat usia, tingkat perkembangan, kejiwaan dan kemampuanpeserta didik. Sehingga dalam pelaksanaannya, kurikulum selalu mengalmi perubahan.
Kurikulum yang ditetapkan di Madrasah Tsanawiyah pada saat sekarang adalah tahun 1994 yang diterbitkan oleh Departemen Pendidikan dan kebudayaan untuk mata pelajaran Umum, dan departemen Agama untuk mata pelajaran Keagamaan.
5. Metode Pengajaran
Dalam prose belajar mengajar, setiap materi pelajaran dalam suatu bidang studi mengandung isi yang bebeda-beda pokok bahasan maupun uraian, untuk mengatasi hal ini diperlukan adanya metode mengajar yang berbeda-beda.
Menurut Winarno Surakhmad (1980 : 76), factor-faktor yang menyebabkan beraneka ragamnya metode mengajar adalah sebagai berikut :
a. Tujuan yang berbagai-bagai jenis dan fungsinya
b. Aaanak didik ang beragai-bagai tingkat kematangannnya
c. Sssituasi yang berbagai-bagai keadaannya
d. Fasilitas yang berbagai-bagai kulaitas dan kuantitasnya
e. Pribadi guru derta kemmpuan profesionalnya yang berbeda-beda
Secara umun metode mengajar yang digunakan seorang guru dalam proses belajar mengajar banyak sekali jenisnya, yaitu :
a. Metode Ceramah
b. Metode TJawab
c. Metode diskusi
d. Metode Pemberian Tugas
e. Metode Resitasi
f. Metode demonstrasi
g. Metode Eksperimen
h. Metode Sosiodrama dan bermain peran
i. Metode bekerja dalam kelompok
j. Metode Problem Soulving
k. Metode karyawisata
l. Metode Proyek
m. Metode Field-strip
n. Metode Manusi Sumber
(rostiyah NK, 1987 : 67)
Dari pendapat diatas, maka seorang guru dituntut untuk memilih dan memakai metode mengajar yang baik dan efektif agar tujuan pengajran dapat tercapai
Untuk mengukur efektifits metode mengajar tersebut, Muhammad Ali (1987 : 88), berpendapat bahwa yang terpenting bagi guru dalam menggunakan metode mengajar harus mempertimbangkan factor-faktor sebagai berikut :
a. Kesesuaian metode dengan tujuan pengajaran
b. Kesesuaian metode dengan Materi pelajaran
c. Kesesuaian metode dengan Sumber dan fasilitas yang tersedia
d. Kesesuaian metode dengan Situasi kondisi belajar mengajar
e. Kesesuaian metode dengan Kondisi jiwa
f. Kesesuaian metode dengan waktu yang tersedia
6. Evaluasi Pendidikan
Menurut Ahmad Tafsir (1995 : 40), evaluasi adalah :
Tindakan yng dlakukan untuk mengetahui hasil pengajaran pada khususnya, dan hasil pendidikan pada umumnya. Selain itu juga berguna bagi perbaikan lesson plan (evaluasi sebagai feed back), Juga bagi pertimbangan utama dalam menentukan kenaikan kelas bahkan bagi perbaikan program pendidikan secara umum.
Dari pengertian diatas, dapat dijelaskan bahwa dalam rangka untuk mencapai tujuan pendidikan Nasional dan Tujuan pembelajaran Umum (TPU) yang ada dalam kurikulum serta tujuan pembelajaran Khusus (TPK) yang dirumuskan oleh guru yang dikembangkan dari TPU, maka diperlukan pelaksanaanevaluasi. Hal ini dimaksudkan agar guru mengetahui siswa dalam tingkat kemajuan penguasaan bahan pelajaran, keterampilan, sikap dan kemajuan pengalamannya.
Dalamevaluasi hasil belajar siswa, diharapkan mencakup tiga aspek yang dinilai, yaitu :
a. Aspek konitif, meliputiperubhan-perubahan dalam segi penguasaan pengetahuan dan perkembangan keterampilan/kemampuan yang diperlukan untuk menggunakan penetahuan tersebut.
b. Aspek efektif, meliputi : perubahan-perubahan dalam sikap mental, perasaan, dan kesadaran.
c. Aspek Psikomotor, meliputi : Perubahan-perubahan dalam segi bentuk-bentuk tindakan Motorik
9Zakiah daradjat, dkk, 1995 : 197)
Memperhatikan endapat diatas, memberikan gambaran bahwa evaluasi termasuk salah satu komponen proses belajar mengajar, dan evaluasio memilki fungsi dalam pelaksanaannya.
Menurut S. nasution (1986 : 168-169), evaluasi meilki fungsi sebagai berikut :
a. mengetahui kesanggupan anak, sehingga anak itu dapat dibantu memilih jurusan, sekolah atau jabatan dengan bakatnya.
b. Mengetahui, hingga manakah anak itu mencapai tujuan pelajaran dan pendidikan
c. Menunjukan keurangan dan kelemhan murid-murid
d. Menunjukan kelemahan metode mengajar yang digunakan guru
e. Memberi petunjuk yang jelas tentang tujuan pelaaran yang hendak dicapai
f. Memberi dorongan kepada murid untuk belajar dengan giat
Berdasarkan pembahasan komponen-komponen dalam proses belajar mengajar yang telah diterangkan diatas, memberikan penjelasan bahwa dalam proses belajar mengajar diperlukan adanya keterpaduan antara komponen yang satu dengan komponen yang lainnya, sehingga dalam pelaksanaannya dapat berjalan baik dan lancer, serta dapat membantu pencapaian tujuan yang diharapkan
- Prestasi Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya
Dalam kamus Bahasa Indonesia, Prestasi adalah "hasil yang dicapai" (Muhammad Ali, t.t. :323). Sedangkan belajar ialah " Semua ktifitas mental yang berlangsung dalam interaksi lingkungan, yang menghasilkan nilai sikap" (W.S. Winkel, 1990 : 36)
Jadi, Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai dalam suatu aktivitas mental/psikis, yang berlangsung dalam interaksi lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, keterampilan serta nilai sikap.Prestasi belajar itu dapat berhasil dengn baik atau tidak, itu tergantung kepada macam-macam factor, menurut M. Ngalim Purwanto (1988 :106) factor-fakto ang mempegaruhi prestasi belajar dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu :
1. Faktor yang ada pada diri organisme itu sendiri yang disebut factor individual, yaitu factor kematangan/pertumbuan, kecerdasan, latihan, motivasi dan factor pribadi
2. Faktor yang ada diluar individu yang disebut factor social, yaitu factor keluarga/keadaan rumah tangga, guru dan cara mengajarnya, alat-alat yang dipergunakan dalam belajar mengajar, lingkungan dan kesempatan yang tersedia dan motivasi social
Untuk lebih jelasnya tentang factor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa, penulis terangkan di bawah ini :
1. Faktor Individual/Internal
Faktor individual merupaka factor yang ada pada diri siswa itu sendiri yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa, seperti :
a. Kematangan/Pertumbuhan
Setiap manusia dalam menjalankan hidupnya selalu mengalami pertumbuhan atau kematangan. Menurut para ahli psikologi pendidikan, kematangan yang terjadi pada siswa turut mempengaruhi kagiatan dan prestasi belajar siswa. Seperti yang diungkapkan M. Ngalim Purwanto (1988 : 106), Bahwa "mengajarkansesuatu baru dapat berhasil jika taraf pertumbuhan pribadi telah memungkinkannya potensi jasmani atau ohaninya telah matang untuk itu".
b. Kecerdasan
Kecerdasan atau intelegensi yang bersifat keturunanmaupun hasil pengalaman, semuanya cukup mempengaruhi kegiatan belajar.
Menurut A. Tabrani Rusyan, dkk. (1989 : 24-25), bahwa : "Peserta didik yang cerdas akan lebih berhasil dalam kegiatan beljar karena ia lebih mudah menangkap dan memahami pelajaran dan lebih mudah mengingat-ingatnya. Peserta didik yang cerdas akan lebih mudah berfikir kreatif dan cepat mengambil keputusan".
c. Motivasi
Menurut S. Nasution (1986 : 79-80), Motivasi mampu mempunyai fungsi, yakni :
1) Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau mater yang melepaskan energi
2) Menentukan arah perbuatan, yakni kea rah tujuan yang hendak di capai.
3) Menseleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dijalankan yang serasi guna mencapai tujuan itu, dengan mennyampaikan perbuatan-perbuatan yang tak bermanfaat bagi tujuan itu.
d. Kepribadian
Kepribadian turut mempengaruhi prestasi belajar seorangsiswa, karena manusia dalam setiap perkembangan dan pertumbuhannya mempunyaqi kepribadian yang meiliki ifat individual, walaupun hidup dalam satu keluarga.
Menurut Az-Zarnurzi yang dikutif Busyairi Madjid (1997 : 106-107) menyatakan tentang sifat-sifat seorang peserta didikyang perlu dimilki, yaitu :
1) Tawadlu, sifat sederhana, sedang, tidak sombong, tidak p[erlu endah diri
2) Iffah, sifat menunjukan rasa harga diri yang menyebabkan sesorang terhindar dari perbuatan tingkah laku yang tidak patut.
3) Tabah, tahan dalam menghadapi kesulitan pelajaran dari guru
4) Sabar, tahan terhadap godaan nafsu rendah keinginan akan kelezatan dan terhadap godaan-godaan yang berat
5) Cinta ilmu dan hormat kepada guru dan keluarganya dengan demikian ilmu itu akan bermanfaat
6) Sayang kepada kitab, menyimpannya dengan baik tidak membubuhi catatan supaya tidak kotor atau menggosok tulisan menjadi kabur
7) Hormat kepada semua penuntut ilmu dan tawadlu kepada guru dan kawan untuk menyadap ilmu dari mereka
8) Bersungguh-sungguh belajar dengan memanfaatkan waktu sebaik-baiknya (bangun di tengah malam), tetapi tidak melaksanakan diri ampai badan lemah
9) Ajeg dan ulet dalam menuntut ilmu dan mengulanmg pelajaran
10) Wara' ialah sifat menahan diri dari perbuatan/tingkah laku yang terlarang
11) Punya cita-cita tinggi dalam mengejar ilmu pengetahuan
12) Tawakal, maksudnya menyerahkan kepada Tuhan segala perkara.
2. Faktor Eksternal/social
Factor social/eksternal adalah factor yang berada diluar individu siswa, yang neliputi :
a. Keluarga/Keadaan Rumah Tangga
Keluarga merupakan tempat pertama individu dalam mengenal lingkungannya, terbentuk kepribadiannya serta kebiasaannya
M. Ngalim Purwanto (1988 : 109), menyatakan bahwa :
Suasana dan keadaan keluarga yang bermacam-macam itu tidak mau turut menentukan bagaimana dan sampai di mana belajar dialami dan dicapai oleh anak-anak. Termasuk dalam keluarga ini, ada tidaknya atau tersedia tidaknya fasilitas-fasilitas yang diperlukan dalam belajar turut memegang peranan penting pula.
b. Guru dan cara mengajarnya
Dalam proses belajar mengajar, guru memegang peranan yang sangat penting. Karena ditanbgan sang pendidiklah segala kelancaran proses belajar mngajar dapat ditentukan. Namun hal ini berarti factor lain tidak ikut diperhitungkan.
Sehingga tidak berlebihan, ketika dalam proses belajar mengajar, dituntut adanya guru yang baik dan disiplin. Hal ini dimaksudkan agar proses belajar mengajar dapat berjalan dengan lancer serta berpengaruh terhadap prestasi belajar.
S. Nasution (1986 : 12-17), mengemukakan cirri-ciri guru yang baik adalah sebagai berikut :
1) Guru yang baik memahami dan menghormati murid
2) Guru yang baik harus menghormati bahan pelajaran yang diberikannya
3) Guru yang baik menyesuaikan metode mengajar dengan bahan pelajaran
4) Guru yang baik menyesuaikan bahan pelajaran dengan kesanggupan individu
5) Guru yang meng-aktifkan murid dalam hal belajar
6) Guru yang baik memberi pelajaran dengan kebutuhan murid
7) Guru mempunyai tujuan tertentu dengan tiap pelajaran yang di berikannya
8) Guru jangan terikat oleh teks book.
c. Alat Pendidikan
Disamping ke dua factor yang disebutkan diatas, alat pendidikan termasuk salah satu factor social/eksternal yang dapat mempengaruhi prestasi belajar. Dalam dunia pendidikan, alat pendidikan dapat juga disebut dengan sarana pendidikan.
Menurut Ag. Soejono (1980 : 139), sarana pendidikan meliputi :
1) Pengajar
2) Permainan dan bekerja
3) Peraturan berupa perintah dan larangan
4) Pengawasan
5) Teladan
6) Pembiasaan
7) Penghargaan atau Hadiah, dan
8) Pembetulan atau hukuman
d. Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar peserta didik, baik berupa benda-benda, peristiwa-peristiwa yang terjadi, maupun kondisi masyarakat terutama yang dapat memberikan pengaruh kuat kepada anak yaitu lingkungan di mana proses pendidikan berlangsung dan lingkungan dimana anak-anak bergaul sehari-hari
Menurut H.M. hafi anshari (1983 : 91-93), ada bermacam-macam lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap proses pendidikan dan sekaligus terhadap pembentukan dan perkembangan anak, yaitu :
1) lingkungan tempat dimana anak itu tinggal
2) Lingkungan tempat dimana pendidikan berlangsung, yaitu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat.
3) Teman bermain dan orang-orang yang ada di sekitarnya, misalnya: tetangga, teman-teman sekolah, sahabat karib, dan lain-lain.
4) Macam-macam kesenian seperti : Bioskop, wayang, ketoprak, dan bermacam-macam pertunjukan yang lain.